Selasa, 03 Maret 2009

Ego itu dikuburnya dalam-dalam

Sambil berbaring dikamar tidur, seperti biasanya malam ini kami menelpon Ici (panggilan akrab Istiqomah) putri sulung kami yang sekolah di boarding school di daerah Subang, kala itu suaranya jauh berdeda, hmm...bisa kutebak pasti ada masalah. "Bi...ici gak mau nunggu bagi rapot, Ici mau pulang besok" membenarkan tebakanku, "Memang kenapa ?" tanyaku santai. "Ici lagi sebel ama teman Ici pokoknya Ici mau cepet pulang" berupaya meyakinkanku.

Rupanya dia sedang bermasalah dengan teman sekamarnya. Menurut cerita salah satu guru kepada Umminya anak tersebut memang bermasalah. Hampir semua teman sekamarnya tidak suka dengannya, tidak mau rapiin kamar, sering ninggalin barang kotor ditempat tidur, keras kepala, dsb. Sampai pada satu waktu ternyata putri sulungku itu terlibat pertengkaran keras dengannya, bahkan sampai saling melempar air ke tempat tidur.Wow... kacau juga pikirku, kutenangkan hatiku sebelum menerima pengaduan sepihak ini, apalagi tidak mudah untuk tidak berpihak kepada putri yang merupakan darah dagingku. Keberpihakan itu mulai tampak dari wajah dan intonasi suara umminya yang ikut nimbrung mendengarkan melalui speakerphone HP-ku.

Selayaknya sebagai orang tua kami mencoba memberi jalan keluar. "Ici, mau gak abi kasih tips yang insya Allah mujarap", "Apa....?" jawabnya putus asa. Sebelum kukatakan tips itu, terlebih dahulu ku ceritakan kisah Rasolullah saat menjenguk orang yang biasa melemparinya kotorran setiap melewati satu jalan. Orang itu bertanya kenapa engkau menjengukku, Rosulullah menjawab, ” Selama ini setiap aku lewat jalan itu selalu ada yang melempariku kotoran dan sudah beberapa hari ini tidak ada yang melempariku, maka aku bertanya kepada orang disekitar situ, katanya orang yang biasa melempariku sedang sakit, untuk itu maka aku ingin menjengukmu”.Singkat cerita orang tersebut akhirnya masuk Islam karena kagum dengan akhlak beliau.

"Nah sekarang denger ya tips dari Abi", "selama ini Ici kan rajin sholat malam, nah nanti malam setelah sholat bagaimana kalau Ici do'ain temen Ici itu yang baik-2 pada Allah". Belum sempet kuteruskan dia langsung menyanggah " ah Abi aneh-2 aja, orang Ici lagi sebel sama dia malah suruh do'ain, gimana sih, gak mau-gak mau enak aja" jawabnya cetus. Sambil menutup mulut, Umminya tertawa mendengar tipsku yang aneh dan reaksinya itu. Ha-3...sambil tertawa kucoba lagi ceritakan kisah lain yang juga pengalamanku. Setelah itu " bener Ci... coba deh nanti malam Ici berdo'a pada Allah seperti ini, ya Allah mudahkanlah urusannya, baguskanlah nilai-2 ulangannya, berilah hidayahMu agar ia menjadi anak baik, gitu ..... coba dulu deh, nanti Ici tunggu apa yang terjadi pada temen Ici itu" kataku mencoba meyakinkannya. "Oya Ci...kalau perlu ditambah dengan infaq supaya Allah mengabulkan do'a Ici". "Ah abi... abi kan gak tau gimana selama ini sikap dia sama Ici, juga sama temen-2 Ici, udah ah pokoknya Ici mau pulang cepet" jawabnya bertahan. Aku dan istriku senyam-senyum dan membahas hal lain sambil menggodanya untuk mencoba mendo'kan temennya itu.

Berselang sepekan seperti biasa Umminya menelpon putriku kembali. Saat ini gantian aku yang mendengarkan melalui speakerphone. Setelah beberapa lama sambil berbisik kuminta Umminya menanyakan temannya itu. Subhanallah...Allahu Akbar berkaca-kaca mataku mendenger jawaban putri tercintaku itu."Iya...mi...alhamdulillah, Ici udah do'ain seperti yang abi bilang, sekarang dia baik banget sama Ici malah kemaren pinjem jaket Ici, terus dia sudah berubah gak seperti dulu, cuma sekarang temen Ici yang lain malah marah sama Ici karena sekarang Ici baik sama dia" secepat kilat Umminya langsung menanggapi "kalau gitu Ici do'ain lagi temen Ici yang marah itu", "Iya mi....nanti Ici do'ain" jawabnya mantab. Kemudian mereka melanjutkan pembicaraan lainnya.

Alhamdulillah....betapa senangnya hatiku saat itu. Atas ijin Allah putriku mampu mengubur egonya dalam-dalam, bahkan yang lebih membuatku bangga padanya adalah ketika ia mau mencoba. Dan luar biasanya seketika itu pula Allah langsung memperlihatkan hasilnya. Terima kasih ya Allah, rasanya tiada kata-kata lagi dalam pikiranku untuk mengungkapkan rasa syukurku atas episode yang luar biasa ini yang Engkau anugerahkan kepadaku.

Tidak ada komentar: